Bagi sebagian orang yang sudah lama bergelut di dunia konstruksi terutama dunia beton precast. Istilah “beton precast basah” dan “beton precast kering” mungkin bukan hal yang asing. Namun, ada pula yang belum sepenuhnya paham mengenai perbedaan antara beton precast basah dan kering. Bahkan adapula yang tidak mengetahui apa maksud dari istilah basah dan kering pada beton precast.
Pada artikel ini Anda akan dibawa untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan sambungan basah dan kering pada beton precast serta apa perbedaannya.
Apa Itu Sambungan Pada Beton Precast
Beton precast yang bisa juga disebut sebagai beton pracetak atau beton siap pakai dibuat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap langkah pembuatan dan pemasangan dari beton precast harus benar. Proses penyatuan elemen – elemen pembentuk beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit adalah proses yang paling penting dari keseluruhan proses pemasangan beton precast. Adapun material yang harus disatukan adalah material beton dan juga material baja.
Untuk secara efektif membuat komponen – komponen ini menjadi satu maka dibutuhkan sambungan antar komponen. Sambungan ini bekerja sebagai penyalur beban, selain itu sambungan ini juga perlu mengintegrasi seluruh komponen sehingga membuat struktur beton menjadi monolit.
Yang dimaksud dengan penyalur beban adalah beban yang dihasilkan dari gaya-gaya yang dihasilkan oleh beton itu sendiri. Misalkan saja, jika struktur bangunan memiliki gaya horizontal maka akan ada gaya yang timbul karena beban horizontal yang dihasilkan misalnya beban angin, dan beban gempa. Sedangkan struktur bangunan dengan gaya vertikal maka akan ditimbulkan gaya akibat beban gravitasi komponen beton akan menanggung beratnya sendiri.
Maka dari itu, perlu penempatan sambungan yang tepat di antara komponen beton pracetak. Sambungan perlu ditempatkan di titik dengan momen yang relatif kecil dan sedikit komponen yang harus disatukan.
Karena besarnya biaya dan banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses penyambungan, maka ada baiknya jika proses penyambungan ini dibuat sesedikit mungkin.
Contoh kecilnya adalah, saat pemasangan beton precast kolom. Jika mungkin, maka akan lebih baik jika kolom dibuat terus menerus tanpa sambungan dari kolom di lantai dasar hingga lantai atas (tapi untuk kasus ini tinggi bangunan juga harus dipertimbangkan).
Sambungan Kering dan Sambungan Basah
Ada dua metode yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak. Yang pertama, menggunakan sambungan kering. Dan yang kedua adalah sambungan basah.
Sambungan kering adalah cara menyambungkan komponen beton pracetak agar segera berfungsi secara efektif. Salah satu contoh sambungan kering ini adalah alat sambung berupa las dan baut.
Sambungan basah adalah cara menyambungkan komponen beton pracetak agar sambungan berfungsi secara efektif setelah waktu yang telah ditentukan. Salah satu contoh sambungan basah adalah sambungan in-situ concrete joints.
Beberapa hal yang memengaruhi cara penyambungan, diantaranya adalah :
1) Sistem Struktur
Kolom yang membentuk rangka sebuah bangunan tidak membutuhkan sambungan jika ketinggian tidak lebih dari 30 meter.
Namun jika lebih dari itu, maka sambungan jelas akan dibutuhkan karena semakin panjang kolom artinya beratnya pun akan bertambah pula. Saat hal ini terjadi maka peralatan dengan kapasitas angkat yang lebih besar akan dibutuhkan, sayangnya alat tersebut belum tentu tersedia. Maka dari itu komponen penyambung beton pracetak yang dibutuhkan juga tergantung dari peralatan yang tersedia di area kerja.
2) Metode Erection
Ada dua metode erection yang dikenal untuk menyatukan komponen betok precast. Ia adalah metode vertikal dan metode horizontal.
Pada metode vertikal, penyatuan komponen beton pracetak mengarah ke atas sehingga sambungan yang digunakan harus segera berfungsi dengan efektif. Karena ia akan langsung menerima serta menyalurkan beban yang ia pikul.
Sedangkan pada metode horizontal, akan ada sedikit kelonggaran waktu sebelum sambungan menerima beban yang akan dipikulnya.
Maka dari itu metode erection akan memengaruhi alat sambung yang dibutuhkan di area kerja.
Yang diharapkan dari sambungan ini ialah kemampuannya dalam menyalurkan beban yang ia pikul agar hasil kerja menjadi maksimal. Maka dari itu, sambungan bersifat kaku akan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil maksimal.